Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) menggelar simulasi pemungutan suara dengan sistem
elektronik voting (e-voting) untuk tingkat kebapaten/kota. Simulasi
pertama di Indonesia ini diterapkan di Pilkada Bantaeng, Sulsel, Rabu
(17/4/2013).
Sebelumnya, pelaksanaan e-voting diterapkan dalam
pemilihan kepala dusun di Jembrana, Bali pada 2009 lalu dan dalam
pilkades di Boyolali, Jateng, Maret 2013 silam.
Dari 361 Tempat
Pemungutan Suara (TPS) di Pilkada Bantaeng, hanya 42 TPS yang dijadikan
tempat simulasi e-voting dengan asumsi sekitar 15 ribu dari 137 ribu
wajib pilih. Usai mencoblos secara manual di bilik TPS, setiap wajib
pilih diarahkan ke bilik e-voting yang sudah dilengkapi perangkat
elektronik berupa layar touchscreen, printer mini untuk mencetak kertas
audit dan terakhir kertas audit berisi barcode dan nama calon yang
dipilih dimasukkan ke kotak audit.
Kepala Program Sistem Pemilu
Elektronik BPPT, Andrari Grahitandaru mengatakan, penyelenggaraan sistem
e-voting akan menghilangkan kecurangan-kecurangan dalam proses
pemilihan karena setiap aktivitas pemungutan suara terekam secara
sistemik.
"Setelah TPS ditutup, hasil pemungutan suara langsung
tertabulasi dan dapat diketahui pemenangnya. Proses e-voting ini sendiri
telah dibolehkan oleh Mahkamah Konstitusi dengan beberapa aspek yakni
penyelenggara, masyarakat, teknologi, pembiayaan, legalitasnya dan
lain-lain," jelas Andrari di TPS Kelurahan Letta, Bantaeng, .
Kepala
Pilot Project E-Voting Unhas, Dwia Aries Tina, menambahkan simulasi di
Pilkada Bantaeng akan membuktikan demokrasi berkualitas bisa tercipta di
Indonesia. Tak ada intervensi dan menghemat anggaran pemungutan suara.
"Program
ini merupakan bagian dari pengabdian Unhas pada masyarakat. Kami
menginvestasikan sebesar 60 persen untuk sarana dan fasilitas e-voting,
adapun 40 persen sisanya oleh BPPT. Mudah-mudahan setelah simulasi ini
sistem Pemilu Elektronik bisa diterapkan di seluruh Indonesia," papar
Dwia yang merupakan guru besar Ilmu Sosiologi Unhas.
Warga
Bantaeng, Sari Bulang, mengakui proses e-voting lebih mudah dan cepat.
Namun masih perlu disosialisasikan secara menyeluruh ke masyarakat.
Sementara
Ketua Bawaslu Pusat, Muhammad yang turun langsung ke Bantaeng mengawasi
proses simulasi, menyebutkan proses e-voting akan membawa masa depan
berdemokrasi di Indonesia ke arah yang lebih baik, dengan adanya
kemudahan dan meminimalisir kecurangan, sehingga tingkat partisipasi
politik semakin meningkat.
"Anggaran logistik bisa ditekan karena
menggunakan teknologi berbiaya murah, harus didorong secara
bersama-sama, agar cepat diterapkan di pemungutan suara berikut, setelah
proyek E-KTP tuntas tentunya," ujar Muhammad saat ditemui detikcom di
rumah jabatan bupati Bantaeng Nurdin Abdullah.
Pilkada Bantaeng
diikuti empat pasang calon, yakni Jabal Nur-Mansyur-Djonkeng, Nur
Jaya-Idrus Hamjal, Nurdin Abdullah-Muhammad Yasin (petahana) dan
Komisaris (purn) Rahmat Rahman-Imran Massualle.
Sumber : http://news.detik.com/read/2013/04/17/104608/2222407/10/simulasi-e-voting-pertama-di-indonesia-untuk-pilkada-digelar-di-bantaeng (diakses 20/04/2013, 11:30)
Post a comment